BERITANUSRA.ID – Setelah puluhan tahun beroperasi sebagai fasilitas penyimpanan minyak terapung yang menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan energi nasional, Floating Storage and Offloading (FSO) Cinta Natomas yang diproduksi pada tahun 1972 kini memasuki masa tugas terakhirnya.
Sebelum dinyatakan pensiun, FSO Cinta Natomas berfungsi sebagai kapal penampung BBM berkapasitas lebih dari satu juta barrel. Kapal ini mulai digunakan di terminal khusus Tuban Marine Service, Jawa Timur, sejak 2006 untuk menampung produksi minyak harian dari CPA Mudi (Pertamina EP Sukowati Field), Pertamina EP Cepu Field, Lapangan Tiung Biru, Banyu Urip, hingga Lapindo Brantas.
Memasuki tahun 2017, performa FSO Cinta Natomas mulai menurun akibat faktor usia. Beragam langkah pemulihan telah dilakukan agar kapal dapat kembali bekerja optimal. Upaya tersebut sempat membuahkan hasil dengan beroperasinya kembali kapal tersebut selama enam bulan. “Namun hasil assessment mengharuskan FSO Cinta Natomas pensiun. Dan pada 2018 kami mendapatkan izin dari negara dalam hal ini SKK Migas, KSOP Celukan Bawang, dan PT Pelindo untuk pemindahan labuh FSO Cinta Natomas menuju Pelabuhan Celukan Bawang hingga kini,” ujar Chandra Sunaryo, Manager HSSE Operations Zona 11, Selasa (25/11/2025) saat ditemui di Buleleng.
Selama 12 tahun mengabdi di perairan Tuban, FSO Cinta Natomas berperan besar dalam menjaga pasokan energi, khususnya BBM, untuk kebutuhan nasional. Kapal FSO memiliki fungsi vital karena minyak mentah harus dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dikirim ke kilang untuk diproses menjadi bahan bakar siap pakai.
Kapal yang dibuat pada 1972 itu kini harus melalui proses FUPP (Formulir Usulan Pelepasan dan/atau Penghapusan aset). Sebelum dikembalikan kepada negara, terdapat tahapan panjang dengan melibatkan banyak pihak. Pertamina EP wajib menyerahkan FSO Cinta Natomas dalam kondisi aman dan bersih.
Sejumlah prosedur dilakukan, termasuk memastikan tidak ada residu atau oil sludge yang tersisa. Proses ini mencakup pembersihan 12 kompartemen tangki dan memastikan residu tidak keluar selama pekerjaan berlangsung.
“Kami juga mengupayakan beberapa metode khusus termasuk water treatment dalam mengolah liquid dalam tangki menjadi air yang mempunyai baku mutu air laut. Kapal itu miring sebagai salah satu proses pembersihan sisa residu yang masih tertinggal di tangki,” kata Kapten Agus Mulyanto, Asst. Manager Offshore Terminal PT Pertamina EP Sukowati Field.
Tetap Memberi Nilai: Sumber PNBP Saat Status Lay-Up
Di tengah proses FUPP yang memakan waktu panjang, FSO Cinta Natomas tetap memberikan kontribusi finansial yang kerap luput dari perhatian. Meskipun tidak lagi beroperasi sejak dilay-up di Celukan Bawang pada 2018, kapal ini masih menghasilkan pemasukan untuk negara.
Menurut Staf KSOP Celukan Bawang, I Nyoman Purna, FSO tersebut secara rutin menyumbangkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) setiap bulan. “Dampaknya untuk negara masih dirasakan dan pihak Pertamina EP sangat kooperatif,” ujarnya, sekaligus mengapresiasi kepatuhan perusahaan.
Kontribusi ini membuktikan bahwa aset negara, sekalipun memasuki masa pensiun, tetap memiliki peran signifikan dalam menambah pemasukan negara sekaligus mendukung keberlanjutan aktivitas pelabuhan.

.jpeg)

%20(1).png)

