Advertisement

Wanita

Menu Atas

Mangadhyayaksara: Upaya Melestarikan Aksara Kawi di Jember

Sabtu, 20 September 2025 | Sabtu, September 20, 2025 WIB Last Updated 2025-09-20T10:28:27Z


Berita Nusra - Gazza Triatama Ramdhani, pegiat aksara Kawi asal Jember, menggelar kelas aksara dan seminar bertajuk “Mangadhyayaksara: Membaca Jember Melalui Prasasti” pada Sabtu–Minggu, 20–21 September 2025 di Kantor Camat Sukorambi, Kabupaten Jember.


Acara ini bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan tinggalan sejarah, khususnya literasi aksara Jawa kuno sebagai warisan budaya. “Jember bukan hanya kaya tradisi agraris dan seni pertunjukan, tetapi juga menyimpan jejak sejarah panjang yang terekam dalam prasasti dan naskah kuno bertuliskan aksara Kawi,” ujar Gazza. “Sayangnya, pengetahuan tentang aksara ini semakin memudar sehingga perlu upaya revitalisasi dan pembelajaran bersama.”


Dalam kegiatan tersebut, peserta diperkenalkan pada dasar-dasar aksara Kawi—mulai dari bentuk huruf, teknik penulisan, hingga cara membaca prasasti. Kelas dikemas interaktif agar peserta aktif terlibat, termasuk latihan menulis aksara Kawi di atas lontar. Melalui praktik ini, mereka merasakan langsung bagaimana leluhur Nusantara dahulu mencatat peristiwa penting.


Untuk memperdalam materi, Gazza menghadirkan Drs. Ismail Lutfi, M.A., dosen Universitas Negeri Malang sekaligus ahli epigrafi dan arkeologi. Ismail memberikan penjelasan komprehensif tentang sejarah aksara Kawi dan mendemonstrasikan teknik menulis menggunakan lontar.


Figo, mahasiswa Prodi Sejarah dan Peradaban Islam UIN Kiai Achmad Siddiq Jember, menilai kegiatan ini sebagai langkah penting melestarikan warisan literasi Nusantara. “Mahasiswa sejarah tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga memiliki kewajiban moral menjaga dan menghidupkan tradisi intelektual leluhur,” ujarnya.


Acara ini juga diikuti mahasiswa dari UNEJ, UNIPAR, dan UNMUH. Mereka tak hanya hadir di seminar, tetapi juga aktif menyalin kalimat prasasti menggunakan lontar, tinta kemiri bakar, dan penggurat. Pengalaman langsung ini dinilai memperkaya wawasan mereka, sekaligus membandingkan teori kampus dengan praktik lapangan.


Selain menjadi ketua pelaksana, Gazza adalah sejarawan muda dan mahasiswa UIN Kiai Achmad Siddiq yang kini tengah menerbitkan buku “Aksara Kawi Kuadrat: Sejarah, Seni, dan Popularitasnya.” Ketertarikannya pada aksara Kawi berawal dari kelas daring saat awal perkuliahan, yang kemudian mendorongnya menekuni bidang epigrafi—ilmu tentang tulisan kuno pada prasasti, batu, logam, dan media tradisional lainnya.


Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI turut memfasilitasi kegiatan ini. Dukungan penuh BPK menunjukkan perhatian pemerintah terhadap upaya pelestarian warisan budaya literasi Nusantara.


Fadlal Khairy, mahasiswa UIN Kiai Achmad Siddiq lainnya, menambahkan, “Melalui lontar dan aksara kuno, kita belajar bagaimana orang dulu merekam sejarah. Acara ini mengingatkan kita pentingnya melestarikan kebudayaan melalui praktik nyata.”


Gazza yang merupakan seorang pegiat aksara dan sejarawan muda yang memiliki minat tinggi dengan aksara kawi, terlebih lagi mempelajari aksara kawi ini termasuk dalam bidang keilmuan Epigrafi. Epigrafi sendiri adalah cabang ilmu sejarah yang mempelajari tulisan kuno yang tertera pada prasasti, batu, logam, maupun media lain yang digunakan masyarakat pada masa lalu.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mangadhyayaksara: Upaya Melestarikan Aksara Kawi di Jember

Trending Now


 

Iklan

Iklan